HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Miftakhul Huda
Disusun oleh kelompok 1 :
1. Mifta Ariswati (2023113038)
2. Asyafi’ul Musyafa’ Alfaris (2023113041)
3. Ismi Riayuniarti (2023113042)
4. Lina Mayasari (2023113046)
Kelas B
PRODI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu tasawuf merupakan rumusan tentang teoritis terhadap
wahyu-wahyu yang berkenaan dengan hubungan antara tuhan dengan manusia dan apa
yang harus dilakukan oleh manusia agar dapat berhubungan sedekat mungkin dengan
tuhan baik dengan pensucian jiwa dan latihan-latihan spritual. Sedangkan ilmu
kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan
tetang persoalan tentang akidah dan adapun filsafat adalah rumusan teoritis
terhadap wahyu tersebut bagai manusia mengenai keberadaan (esensi), proses dan
sebagainya, Seperti proses penciptaan alam dan manusia. Sedangkan ilmu jiwa
adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala dan aktivitas kejiwaan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Menurut Al-Junaid al-Bagdadi (w. 298 H/910 M), tasawuf ialah
membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang
fitri, menekan sifat basyariyah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu,
memberikan tempat bagi sifat-sifat rohaniah, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan
sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberikan nasihat kepada
umat, benar-benar menepati janji kepada Allah, dan mengikuti syari’at
Rasulullah SAW.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin
menerangkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang membahas cara-cara seseorang
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Menurut Muhammad Amin Al-Kurdi, ia mengemukakan, tasawuf adalah
suatu ilmu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara
membersihkannya dari yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang
terpuji, cara melakukannya dengan suluk, dan perjalanan menuju (keridhaan)
Allah dan meninggalkan (laranga-larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
Jadi intinya ilmu tasawuf ilmu adalah suatu cara atau usaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B.
Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Lainnya
1.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan ilmu kalam (tauhid)
Ilmu
kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Pesoalan-persoalan kalam ini biasanya
mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi,
baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional
yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode
berfikir filosofis. Adapun argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada
argumentasi berupa dalil-dalil Al-Qur’an Al-Hadits.
Ilmu
tasawuf mengemukakan bahasan-bahasan tentang jalan praktis untuk merasakan
sifat-sifat dan kalam Allah tersebut. Jika ilmu kalam, misalnya menjelaskan
bahwa Allah Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu tasawuf mengemukakan
bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan tersebut. Dengan
demikian ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual, rohaniyah
dari ilmu kalam.
Penjelasan
ini juga berarti bahwa tidak cukup hanya pengenalan akan pengasih dan
penyayangnya Allah tetapi juga mesti dirasakan dan diaplikasikan. Dengan
demikian, kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu
tasawuf.
Sebaliknya,
ilmu kalam pula dapat berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Jika ada
teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu kalam
tentang Tuhan yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits maka mesti
dibetulkan. Demikian terlihat hubungan timbal balik di antara ilmu tasawuf dan
ilmu kalam..
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam,
ilmu tasawuf juga berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman
kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu tauhid atau ilmu
kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam
perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika
dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah
dari ilmu tauhid. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi
kesadaran rohaniah dalam perdebatan ilmu kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa
ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung
muatan rasional dan muatan naqliah. Jika tidak di imbangi oleh kesadaran
rohaniah ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih liberal dan bebas.
Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam
tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah (hati).
Tasawuf tidak akan ada kalau tidak
ada tauhid, tegasnya tiada guna pembersihan hati kalau tidak beriman. Tasawuf yang sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang
murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-nya. Perlu diingat
bahwa lapangan tasawuf itu adalah hati.
2.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan ilmu fiqh
Fiqh adalah
ilmu tentang hukum-hukum syar’iyah yang amaliyah yakni yang
berhubungan dengan perbuatan-perbuatan manusia baik dalam bentuk ibadah maupun mu’amalah.
Biasanya,
pembahasan kitab-kitab fiqh selalu dimulai dari thaharah (tata cara bersuci), kemudian
persoalan-persoalan fiqh lainnya. Namun, pembahasan fiqh tentang thaharah atau
lainnya tidak secara langsung terkait dengan pembicaraan nilai-nilai
rohaniahnya. Padahal, thaharah akan terasa lebih bermakna jika disertai
pemahaman rohaniahnya.
Persoalan
sekarang, disiplin ilmu apakah yang dapat menyempurnakan ilmu fiqh dalam
persoalan-persoalan diatas? Ilmu tasawuf tampaknya merupakan jawaban paling
tepat karana ilmu ini memberikan corak batin terhadap ilmu fiqh. Corak batin
yang dimaksud, seperti ikhlas dan khusyu’ berikut jalannya masing-masing.
Bahkan, ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan
hukum-hukum fiqh. Alasannya, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna
tanpa perjalanan rohaniah. Ilmu tasawuf
dan ilmu fiqh adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi.
3.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan filsafat
Al-kindi,
sebagaimana yang dikutip oleh Irfan Abdul Hamid, mendefinisikan filsafat
sebagai berikut:
“
Mengetahui sesuatu dengan hakikatnaya sebagai sebatas kemampuan manusia karena
tujuan filosof di dalam ilmunya sampai kepada kebenaran dan di dalam amalnya
sebagai amal yang benar “.
Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa
filsafat berkonsentrasi pada pencarian hakikat sesuatu yang dapat mengantarkan
pada ilmu dan amal yang benar (al-haq). Pencarian kebenaran dalam
filsafat adalah dengan pendekatan kefilsafatan yaitu dengan pengerahan rasional
atau pemikiran. Diantara objek-objek bahasan filsafat adalah jiwa dan roh. Di
antara tokoh-tokoh filosof yang melakukan kajian terhadap jiwa dan roh ini
adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali.
Ilmu tasawuf di sisi lain juga berupaya
untuk sampai kebenaran mutlak tetapi pendekatan yang digunakan lebih kepada zauq
(rasa) dengan jalan riyadhah (latihan-latihan) pembersihan jiwa untuk
dapat dekat dengan kebenaran mutlak (Allah). Di antara objek kajian tasawuf
juga adalah jiwa dan roh kendati lebih sering menggunakan istilah qalb (hati).
Hubungan
filsafat dengan tasawuf menjadi sangat dekat karena selain sama-sama mengkaji
masalah jiwa, juga keduanya sama-sama mengajarkan kebaikan dan kebenaran.
Filsafat yang berarti cinta kebijaksanaan merupakan upaya memurnikan hati
manusia, dalam arti bertindak dan berbuat sebaik-baiknya. Ilmu tasawuf dan ilmu
filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati atau
kebenaran tertinggi.
4.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan ilmu jiwa (psikologi)
Dalam
percakapan sehari-hari, orang banyak mengaitkan tasawuf dengan unsur kejiwaan
dalam diri manusia. Mengingat ada hubungan dan relevansi yang erat antara
tasawuf dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak
dapat terlepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri.
Dalam
kajian ilmu jiwa dikatakan bahwa orang yang mentalnya sehat akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup, merasa dirinya berguna, dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai keadaan sehingga terhindar dari rasa stress dan perilaku-perilaku yang
tidak baik dan atau tercela.
Menurut
para sufi perilaku (akhlak) seseorang bergantung kepada jenis jiwa yang
berkuasa dalam dirinya. Apakah jiwa dikuasai oleh nafsu hewani atau jiwa yang
dikuasai oleh cahaya Illah. Karena itulah, dalam tasawuf, jiwa mesti
dibersihkan dengan berbagai latihan-latihan dan amalan-amalan.
Dalam
masyarakat saat ini istilah mental tidak asing lagi. Orang-orang sudah dapat
menilai apakah seseorang itu baik mentalnya atau tidak. Dalam ilmu psikiatri
dan psikoterapi, tata mental sering digunakan sebagai nama lain dari kata
personality (kepribadian) yang berarti semua unsur jiwa, termasuk pikiran,
emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya
menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan,
mengecewakan atau menggembirakan dan lain sebagainya.
Pada
perilaku orang yang sehat mental akan tampak sebuah sikap yang tidak ambisius,
sombong, rendah diri, apatis. Sikapnya terkesan wajar, menghargai orang lain,
merasa percaya kepada diri dan selalu gesit. Setiap tindak tanduknya ditujukan
untuk mencari kebahagiaan bersama, bukan kesenangan diri sendiri. Kepandaian
dan pengetahuan yang dimilikinya pun digunakan untuk manfaat dan kebahagiaan
bersama. Kekayaan dan kekuasaan yang ada padanya bukan untuk bermegah-megah dan
mencari kesenangan sendiri, tanpa mengindahkan orang lain, tetapi digunakan
untuk menolong orang miskin dan melindungi orang lemah.
Tasawuf berusaha untuk melakukan
kontak batin dengan tuhan bahwa berusaha untuk berada dihadirat Tuhan, sudah
pasti akan memberikan ketentraman batin dan kemerdekaan jiwa dari segala
pengaruh penyakit jiwa.
Dengan demikian antara tasawuf
dengan ilmu jiwa memiliki hubungan yang erat karena salah satu tujuan praktis
dari ilmu jiwa adalah agar manusia memiliki ketenangan hati, ketentraman jiwa
dan terhindar dari penyakit-penyakit psikologis seperti dengki, sombong,
serakah, takabbur dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang
membahas cara atau usaha seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan
ilmu tasawuf juga ada hubungannya dengan ilmu lainnya seperti ilmu kalam
(tauhid), ilmu fiqh, ilmu filsafat dan ilmu jiwa (psikologi).
Ilmu kalam dapat berfungsi sebagai pengendali
ilmu tasawuf. Jika ada teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan
kajian ilmu kalam tentang Tuhan yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits
maka mesti dibetulkan.
Ilmu tasawuf sangat berhubungan denga ilmu fiqh
karana ilmu ini memberikan corak batin terhadap ilmu fiqh. Corak batin yang
dimaksud, seperti ikhlas dan khusyu’. Dan pelaksanaan kewajiban manusia tidak
akan sempurna tanpa perjalanan rohaniah.
Ilmu tasawuf hubungan juga
berhubungan jiwa dengan badan agar tercipta keserasian di antara keduanya.
Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi untuk melihat
sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktikkan manusia dengan
dorongan-dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu dapat
terjadi.
Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat
sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati atau kebenaran
tertinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bangun
Nasution, Ahmad. 2013. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.