PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MI
Di susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran Fiqih di SD/MI
Dosen Pengampu : Ali Muhtarom , M.H.I
Di
susun oleh kelompok 2 :
1. Mifta ariswati (2023113038)
PRODI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya yang terorganisasikan, berencana dan
berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik
menjadi manusia paripurna, dewasa dan berbudaya. Dan dalam pendidikan atau
pembelajaran harus mempunyai berbagai prinsip-prinsip dasar, agar dapat
tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu pendidik dalam memilih
tindakan yang tepat sehingga dapat terhindar dari tindakan yang kelihatan baik
justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian, motivasi, keaktifan dan
lain-lain. Dalam dunia pendidikan, peserta didik juga mempunyai tingkat dan
jenis karakteristik yang beragam sesuai dengan kemampuan atau bakat mereka.
Agar pembelajaran mencapai hasil yang optimal guru atau pendidik perlu memahami
karakteristik dari peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Tujuan Sekolah Dasar/MI ?
2.
Bagaimana
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ?
3.
Bagaimana
Tingkat dan Jenis Karakteristik Peserta Didik?
4.
Jelaskan
Standar Kompetensi Lulusan ?
5.
Sebutkan
Prinsip Pembelajaran Sekolah Dasar/MI ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan Sekolah Dasar/MI
Tujuan sekolah dasar, menurut Mirasa dkk. (2005) yaitu sebagai
proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap
siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana
yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara optimal.
Pendidikan sekolah dasar atau di
madrasah ibtidaiyah juga bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca,
tulis, berhitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa
sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SMP. Dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca tulis
mulai pada tahap keterwacanaan (di kelas-kelas awal), sampai pada tercapainya
kemahirwacanaan (di kelas-kelas tinggi).
Dengan demikian, sekolah dasar tidak
semata-mata membekali anak didik berupa membaca, menulis, berhitung semata,
tetapi juga mengembangankan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial, dan
spiritual. Sekolah dasar memiliki visi mengembangakan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.[1]
B.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di
sekolah dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang
berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal,
adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
yang sangat pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak
perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Siswa sekolah dasar
merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak (TK) ke sekolah dasar.
Setiap manusia secara psikologis mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Perkembangan pada anak meliputi aspek pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental. Perkembangan mental meliputi perkembangan
intelektual, emosi, bahasa, sosial, dan kesadaran beragama.[2]
Perkembangan mental pada anak sekolah dasar akan di jelaskan
sebagai berikut :
1.
Perkembangan
Intelektual
Pada
usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif.
Menurut
Syamsu Yusuf (2004: 178), pada anak usia 6-12 tahun ini ditandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan),
menyusun, dan mengasosiasikan (meenghubungkan atau menghitung) angka-angka atau
bilangan.
2.
Pekembangan
emosi
Pada
usia sekolah dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi , kelas 4, 5, dan 6), anak
mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau
tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).[3]
3.
Perkembangan
bahasa
Usia
sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan
menguasai perbendaharaan kata. Menurut Abin syamsuddin, pada awal masa ini
(usia 6-7 tahun), anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir
(kira-kira usia 11-12 tahun), anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.
Dengan dikuasainya ketrampilan membaca dan
berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita
yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, atau riwayat hidup para
pahlawan). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak
menanyakan waktu dan soal-akibat.
4.
Perkembangan
sosial
Perkembangan
sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya, sehingga
hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada
usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat
kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (koorperatif), dan
sikap peduli atau mau memerhatikan kepentingan orang lain (spsiosentris).[4]
5.
Perkembangan
kesadaran beragama
Periode
usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi
oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Dan berkaitan dengan
hal tersebut pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat
penting.[5]
C.
Tingkat Dan Jenis Karakteristik Peserta Didik
Setiap peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar itu memiliki
tingkat dan jenis karakteristik yang beragam. Peserta didik yang belajar
berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap
lingkungannya. Sehubungan dengan hal ini terdapat beberapa ahli yang
menghendaki agar ranah-ranah tersebut digolongkan menurut kemampuan-kemampuan
pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perlu diketahui bahwa setiap
peserta didik memiliki tingkat kemampuan yang tidak sama pada setiap ranah
tersebut. Dalam kenyataan sehari-hari, terdapat peserta didik yang daya
hafalannya cukup tinggi, namun kemampuan daya hitungnya kurang. Sebaliknya
terdapat anak didik yang kemampuannya dalam memecahkan soal hitungan matematika
cukup tinggi, namun kemampuan hafalannya berkurang.
Perbedaan tingkat kemampuan tersebut
terjadi pula pada kemampuan fitrah. Dalam hal ini dijumpai anak yang kemampuan fitrahnya
dalam bidang seni melukis cukup baik, namun dalam kemampuan menari dan olahraga
berkurang. Dan ada pula seorang anak yang memiliki bakat, minat dan kecakapan
suaranya dalam membaca Qur’an cukup baik, sehingga ia memiliki potensi untuk
menjadi Qari tingkat internasional, namun ada pula yang biasa-biasa saja.
Adanya perbedaan pada aspek kejiwaan
dan fitrah, ini merupakan hal yang amat mendasar untuk diketahui dan dipetakan
oleh guru dengan pasti. Pengetahuan tentang kemampuan kejiwaan dan fitrah tersebut
sebagai modal awal dalam merancang kegiatan pembelajaran.[6]
D.
Standar Kompetensi Lulusan
Di dalam peraturan menteri agama
(permenag) nomor 22 tahun 2008 terdapat standar kompentensi lulusan di Madrasah
Ibtidaiyah terkait dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam dan bahasa
arab, antara lain sebagai berikut :
1.
Al
Qur’an Hadits
a.
Membaca,
menghafal, menulis, dan memahami surat-surat pendek dalam Al Qur’an surat al
faatihah, an-nas sampai dengan surat ad-dhuhaa.
b.
Menghafal,
memahami arti dan mengamalkan hadits-hadits pilihan tentang akhlak dan amal
salih.
2.
Akidah-Akhlak
Mengenal dan menyakini rukun iman dari iman kepada Allah sampai
dengan iman kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat
thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman
dan al-asma’ al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji
dan adab Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
3.
Fiqih
Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun
Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat,
puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah hajÃ, serta ketentuan tentang
makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.
4.
Sejarah
Kebudayaan Islam
Mengenal, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari
sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW, khulafaurrasyidin, serta
perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
5.
Bahasa
Arab
a.
Menyimak
Memahami wacana
lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan hal-hal yang ada
di lingkungan rumah maupun madrasah.
b. Berbicara
Mengungkapkan
makna secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan
hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah.
c. Membaca
Membaca dan
memahami makna wacana tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang
perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah.
d. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana
dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.[7]
E.
Prinsip Pembelajaran Sekolah Dasar/MI
Prinsip dimaksudkan sebagai asas
atau kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan
sebagainya. Dalam kegiatan pembelajaran prinsip-prinsip belajar akan membantu
pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga terhindar dari tindakan
yang kelihatannya baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan
pembelajaran di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.[8]
Masa usia sekolah dasar adalah masa
kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia
sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar
yang suka bermain, memiliki rasa ingin tau yang besar, mudah terpengaruh oleh
lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran
di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya
suasana yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru atau pendidik
perlu memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran.
Beberapa prinsip pembelajaran dapat
diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1.
Prinsip
motivasi
Motivasi merupakan upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar,
baik dari dalam atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2.
Prinsip
latar belakang
Upaya guru atau pendidik dalam proses belajar mengajar memerhatikan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi
pengulangan yang membosankan.
3.
Prinsip
pemusatan perhatian
Usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan
masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai.
4.
Prinsip
keterpaduan
Merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan pokok bahasan dengan pokok
bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat
gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
5.
Prinsip
pemecahan masalah
Situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini
dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka untuk mencari, memilih dan
menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.
6.
Prinsip
menemukan
Kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari,
mengembangkan hasil perolehannya dalam
bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang
mengembangkan potensi anak tidak akan membosankan.
7.
Prinsip
belajar sambil bermain
Kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa
dalam belajar, karena dalam bermain pengetahuan, ketrampilan, sikap dan daya
fantasi anak berkembang. Suasan demikian akan mendorong anak aktif dalam
belajar.
8.
Prinsip
perbedaan individu
Upaya
guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat
kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru
tidak memperlakukan anak seolah-olah sama semua.
9.
Prinsip
hubungan sosial
Sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak
dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara
berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling
menghargai satu sama lain.[9]
[1]
Ahmad Susanto, Teori
Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Cet. I(Jakarta: Kencana, 2013),
hlm. 70 dan 90
[2] Ibid,
hlm. 70-71
[3] Syamsu Yusuf, Perkembangan
Peserta Didik, Cet. I (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), hlm. 63
[4] Ahmad Susanto,
op. cit., hlm. 75
[5] Syamsu Yusuf, op,
cit., hlm. 68
[6] Abuddin Nata, Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Cet. II (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
110-111
[7] Permenag Nomor
22 Tahun 2008
[8] Jamil
Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi, Cet. II (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 99
[9] Ahmad Susanto,
op. cit., hlm. 86-88