Kalau ingin berjuang.. Jangan takut sama lawan, biarkan ia menyerang, karena kau akan jadi pemenang.. Kalau kau ingin berjuang, peganglah semua teman, jikalau mereka menyakitkan, biarkan mereka yang menjadi penguatmu untuk selalu berjuang. Karena berjuang tanpa rintangan itu tidaklah menyenangkan.
Cute Tinkerbell

Selasa, 18 Agustus 2015

Makalah prinsip dasar pembelajaran fiqh MI



PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MI


Di susun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran Fiqih di SD/MI
Dosen Pengampu : Ali Muhtarom , M.H.I


    Di susun oleh kelompok 2 :
1.     Mifta ariswati                          (2023113038)


PRODI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya yang terorganisasikan, berencana dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa dan berbudaya. Dan dalam pendidikan atau pembelajaran harus mempunyai berbagai prinsip-prinsip dasar, agar dapat tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga dapat terhindar dari tindakan yang kelihatan baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian, motivasi, keaktifan dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan, peserta didik juga mempunyai tingkat dan jenis karakteristik yang beragam sesuai dengan kemampuan atau bakat mereka. Agar pembelajaran mencapai hasil yang optimal guru atau pendidik perlu memahami karakteristik dari peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Tujuan Sekolah Dasar/MI ?
2.      Bagaimana Karakteristik Siswa Sekolah Dasar  ?
3.      Bagaimana Tingkat dan Jenis Karakteristik Peserta Didik?
4.      Jelaskan Standar Kompetensi Lulusan ?
5.      Sebutkan Prinsip Pembelajaran Sekolah Dasar/MI ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tujuan Sekolah Dasar/MI
Tujuan sekolah dasar, menurut Mirasa dkk. (2005) yaitu sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara optimal.
Pendidikan sekolah dasar atau di madrasah ibtidaiyah juga bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis, berhitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SMP. Dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca tulis mulai pada tahap keterwacanaan (di kelas-kelas awal), sampai pada tercapainya kemahirwacanaan (di kelas-kelas tinggi).
Dengan demikian, sekolah dasar tidak semata-mata membekali anak didik berupa membaca, menulis, berhitung semata, tetapi juga mengembangankan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial, dan spiritual. Sekolah dasar memiliki visi mengembangakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.[1]

B.     Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik  siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal, adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang sangat pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Siswa sekolah dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak (TK) ke sekolah dasar.
Setiap manusia secara psikologis mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan pada anak meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Perkembangan mental meliputi perkembangan intelektual, emosi, bahasa, sosial, dan kesadaran beragama.[2]
Perkembangan mental pada anak sekolah dasar akan di jelaskan sebagai berikut :
1.      Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.
Menurut Syamsu Yusuf (2004: 178), pada anak usia 6-12 tahun ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (meenghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
2.      Pekembangan emosi
Pada usia sekolah dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi , kelas 4, 5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).[3]
3.      Perkembangan bahasa
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Menurut Abin syamsuddin, pada awal masa ini (usia 6-7 tahun), anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-kira usia 11-12 tahun), anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.
 Dengan dikuasainya ketrampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, atau riwayat hidup para pahlawan). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan waktu dan soal-akibat.
4.      Perkembangan sosial
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya, sehingga hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (koorperatif), dan sikap peduli atau mau memerhatikan kepentingan orang lain (spsiosentris).[4]
5.      Perkembangan kesadaran beragama
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Dan berkaitan dengan hal tersebut pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting.[5]

C.    Tingkat Dan Jenis Karakteristik Peserta Didik
Setiap peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar itu memiliki tingkat dan jenis karakteristik yang beragam. Peserta didik yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Sehubungan dengan hal ini terdapat beberapa ahli yang menghendaki agar ranah-ranah tersebut digolongkan menurut kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perlu diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki tingkat kemampuan yang tidak sama pada setiap ranah tersebut. Dalam kenyataan sehari-hari, terdapat peserta didik yang daya hafalannya cukup tinggi, namun kemampuan daya hitungnya kurang. Sebaliknya terdapat anak didik yang kemampuannya dalam memecahkan soal hitungan matematika cukup tinggi, namun kemampuan hafalannya berkurang.
Perbedaan tingkat kemampuan tersebut terjadi pula pada kemampuan fitrah. Dalam hal ini dijumpai anak yang kemampuan fitrahnya dalam bidang seni melukis cukup baik, namun dalam kemampuan menari dan olahraga berkurang. Dan ada pula seorang anak yang memiliki bakat, minat dan kecakapan suaranya dalam membaca Qur’an cukup baik, sehingga ia memiliki potensi untuk menjadi Qari tingkat internasional, namun ada pula yang biasa-biasa saja.
Adanya perbedaan pada aspek kejiwaan dan fitrah, ini merupakan hal yang amat mendasar untuk diketahui dan dipetakan oleh guru dengan pasti. Pengetahuan tentang kemampuan kejiwaan dan fitrah tersebut sebagai modal awal dalam merancang kegiatan pembelajaran.[6]

D.    Standar Kompetensi Lulusan
Di dalam peraturan menteri agama (permenag) nomor 22 tahun 2008 terdapat standar kompentensi lulusan di Madrasah Ibtidaiyah terkait dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam dan bahasa arab, antara lain sebagai berikut :
1.      Al Qur’an Hadits
a.       Membaca, menghafal, menulis, dan memahami surat-surat pendek dalam Al Qur’an surat al faatihah, an-nas sampai dengan surat ad-dhuhaa.
b.      Menghafal, memahami arti dan mengamalkan hadits-hadits pilihan tentang akhlak dan amal salih.
2.      Akidah-Akhlak
Mengenal dan menyakini rukun iman dari iman kepada Allah sampai dengan iman kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma’ al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan adab Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
3.      Fiqih
Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
4.      Sejarah Kebudayaan Islam
Mengenal, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW, khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
5.      Bahasa Arab
a. Menyimak
Memahami wacana lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah.
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah.
c. Membaca
Membaca dan memahami makna wacana tertulis dalam bentuk paparan atau dialog tentang perkenalan dan hal-hal yang ada di lingkungan rumah maupun madrasah.
d. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.[7]

E.     Prinsip Pembelajaran Sekolah Dasar/MI
Prinsip dimaksudkan sebagai asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya. Dalam kegiatan pembelajaran prinsip-prinsip belajar akan membantu pendidik dalam memilih tindakan yang tepat sehingga terhindar dari tindakan yang kelihatannya baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan pembelajaran di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.[8]
Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tau yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya  suasana yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru atau pendidik perlu memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran.
Beberapa prinsip pembelajaran dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1.      Prinsip motivasi
Motivasi merupakan upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2.      Prinsip latar belakang
Upaya guru atau pendidik dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.
3.      Prinsip pemusatan perhatian
Usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
4.      Prinsip keterpaduan
Merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
5.      Prinsip pemecahan masalah
Situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka untuk mencari, memilih dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.
6.      Prinsip menemukan
Kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya  dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan membosankan.
7.      Prinsip belajar sambil bermain
Kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dalam bermain pengetahuan, ketrampilan, sikap dan daya fantasi anak berkembang. Suasan demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar.
8.      Prinsip perbedaan individu
Upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah sama semua.



9.      Prinsip hubungan sosial
Sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lain.[9]
                       


[1] Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Cet. I(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 70 dan 90

[2] Ibid, hlm. 70-71
[3] Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, Cet. I (Jakarta: Rajawali Pres,   2011), hlm. 63
[4] Ahmad Susanto, op. cit., hlm. 75
[5] Syamsu Yusuf, op, cit., hlm. 68
[6] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Cet. II (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 110-111
[7] Permenag Nomor  22 Tahun  2008
[8] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi, Cet. II (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 99
[9] Ahmad Susanto, op. cit., hlm. 86-88