Cerpen Fiksi
NOVEMBER LOVE
STORY
Oleh : Mifta Ariswati
Ketika
semburan abu-abu mulai terlukis sempurna di hamparan langit November tepatnya
hari minggu pagi. Dan diantara pegunungan hawa dingin itu semakin terasa. Embun
jernih yang menyiratkan harapan terasa segar meneteskan mutiaranya di bumi
pertiwi yang kaya ini, dan sesekali menyentuh setiap ujung dedaunan yang
mengering. Sekilas tatapan sayu itu menghampiri mutiara yang terus mengalun
syahdu, namun itu tidak berlangsung lama. Perlahan senyum manis yang selalu
melekat, terkikis oleh raut yang tidak bersahabat. Desiran angin mengajak
tangan mungilnya membuka al-Qur’an terjemah warna hijau muda. Ya Allah,
sesungguhnya hanya karenaMu aku hidup, hanya dengan namaMu aku kuat menghadapi
hidup ini. Tak kuasa diri ini terlepas dari jalanMu, dan sesungguhnya beribu
nikmat telah Engkau berikan padaku, hanya padaMu hamba berserah. Tatkala mata itu
tertuju pada ayat yang berbunyi :
“ Fabiayyi aalaa irrobikumaa tukadzdzibaan ?
(Maka nikmat
Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan ?) ”
(QS.ar-Rahman: 13)
Ayat itu pun mengembalikan senyuman
di wajah gadis yang berjilbab lebar dan setelah membaca surah yang diimpikan
untuk menjadi maharnya kelak, ia mencoba memulai menyibukkan diri untuk membaca
novel-novel islami dari sastrawan ternama yang sedang nge-trend di muka bumi. Kekagumanya
meledak seketika, saat ia benar-benar menyelami konflik demi konflik yang
tergambar dengan sempurna. Dalam pikirannya, ia selalu berharap kapan ia bisa menulis novel
sebagus itu, meskipun tidak sebagus itu tapi setidaknya dapat memotivasi dan
mempunyai manfaat tersendiri untuk pembaca. Perlahan bibirnya tersungging
senyum kagum, bola matanya berbinar dan seperti mendapatkan suntikan semangat
untuk menulis. Tiba-tiba ponselnya bergetar, karena memang disilent jadi
tidak berisik. Di bukanya dengan penuh seksama serangkai kalimat.
“
Assalamu’alaikum, hai dek zahra...ini mas ilyas. Adek apa kabar ? “ sontak ia kaget tidak disangka-sangka ternyata seseorang yang
selalu memotivasinya itu hadir kembali, setelah 2 bulan yang lalu putus kontak
dan tidak bisa dihubungi. Memang semua ini hanya Allah yang tahu dari apa-apa
yang tidak kita ketahui. Seperti yang tercantum dalam surat cintaNya :
“ Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (Q.S.
Al-Baqarah: 216)
“ Masyaallah ...” perlahan
bibirnya terkatup setelah mengucap kata ini. Dengan cekatan, jari jemarinya
mengetik balasan pesan itu, namun belum sempat ibu jari menekan tombol send,
ponselnya bergetar, tapi bukan getar karena pesan masuk
melainkan getaran panggilan masuk. Ketika dilihatnya itu panggilan dari nomor
baru yang sama persis dengan nomor yang mengirim pesan semenit yang lalu, ibu
jarinya langsung menekan tombol hijau yang merupakan tombol menerima panggilan.
“ Hallo assalamu’alaikum ... “ suara seberang
memulai pembicaraan. Aku menjawab salam itu dengan berat. Senyuman yang tadi
terlukis kini memudar berubah menjadi butiran bening yang mengenang di bola
mataku. Air mata pun tidak dapat lagi dibendung dan aku biarkan menetes di pipi.
“ Apa kabar dek zahra ... ?” kembali suara itu menyapa. Nadaku pun
tersendat seakan sesak untuk menjawabnya. Aku hanya mendengar apapun yang
dikatakannya, bibir ini tidak mampu untuk berucap lagi. Aku mencoba menenangkan
diriku dan akhirnya meskipun sulit aku berucap “ mas ilyas kemana saja ? aku
merindukan motivasimu kak” sejenak aku bernafas dan menyambung ucapan yang
belum selesai itu , “ sejak aku selesai semester 5, mas ilyas tidak ada kabar
dan tidak bisa dihubungi kenapa ? apa kak ilyas sudah tidak mau jadi kakakku
lagi ? atau karena mas ilyas sudah punya kekasih sehingga tidak mau berteman
dengan aku lagi ? padahal banyak hal yang ingin aku ceritakan yang tidak bisa
aku ceritakan kepada orang lain, selain mas ilyas .“ suaranya semakin lirih
dan segala pertanyaan pun mulai ia lontarkan kepada ilyas.
“ Dek zahrah ... maaf ya dek, aku tidak bermaksud
seperti itu, dan aku juga belum punya kekasih kok, karena aku belum tanya sama
Gusti Allah, siapa kekasihku (sambil ketawa lirih). Oh iya Akhir-akhir ini aku
sibuk dengan pekerjaan baru , dan aku harus berada di Universitas yang ada di
Mesir selama 2 bulan, dan sekarang aku udah di Indonesia. Maaf ya kalau aku
tidak ngabari adek “ ujar pemuda yang berusaha meyakinkan gadis yang
ternyata diam-diam ia cintai.
“ iya mas ...
tidak apa-apa, yang penting sekarang bisa menyambung silaturahmi lagi dengan
sang motivator ku yang satu ini “ ucap zahra sembari tersenyum tipis dan
jemari pun mengusap air mata yang hampir kering dengan sendirinya.
“ Dek, ada waktu luang ? besok aku ke rumah ya” tanya
ilyas.
“ Insyaallah ada mas, jam berapa “ ucap zahra
seraya senyuman mengembang melebarkan jalan napas dan pojok matanya ikut
tersenyum mengikuti desiran hati saat ini.
“ ba’da asar, nanti adek siap-siap aja, dandan yang
cantik ... eech dek zahrah kan udah cantik, biar tambah cantik aja “ cetus
ilyas sambil bercanda.
“ glubrakk.... apa’an sih mas,” serentak wajah
gadis berbalut jilbab putih yang tadinya tersenyum, berubah meringis.
“ beneran toh ...ohya gimana kuliahnya ? lancarkah ?
ujar ilyas
“hhemm ...
Alchamdulillah lancar kak, tapi kadang macet “ ucap gadis itu sambil membereskan buku yang berserakan di atas meja.
“ syukurlah .. tapi kok
seperti jalan pantura, ada mecetnya segala “ ulas laki-laki itu
sembari tertawa seakan pernyataan zahra itu lucu. “ sudah dulu ya dek,
gampang kita sambung lagi..assalamu’alaikum ” ucap ilyas mengakhiri
pembicaraannya
“ wa’alaikumsalam ... “ sambil menutup telfon dan
lagi-lagi bibir zahra tersungging senyum tipis.
Teduhnya cuaca seirama dengan perasaan yang zahra rasakan.
Dedaunan yang basah bersorak gembira melihat gadis itu bahagia. Di atas ranting
kicauan burung berubah menjadi nada cinta. Alasan ilyas tidak menghubungi zahra,
perlahan memudarkan beribu pertanyaan yang mengelilingi di otaknya. Dan yang
membuatnya kembali tenang ketika laki-laki yang aktif dalam dunia pendidikan
itu mengucapkan belum punya kekasih. Namun zahra tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya. Dan ia yakin skenario-Nya jauh lebih indah dari apa yang
ia bayangkan.
“
assalamu’alaikum ukhti.. lagi ngapain ukhti ? “ ucap gadis yang baru datang. Namun zahra tetap terhanyut dalam
lamunannya setelah beberapa menit menutup telfon dari laki-laki yang menjadi
motivatornya itu.
“
Ukhti zahra ... kenapa ?” tanya gadis
itu lagi dan sedikit heran melihat sahabatnya yang tidak menjawab salam
darinya. Sesekali dia mencubit pipi tembem gadis yang duduk bersandar di teras
rumah.
“
Hidup memang penuh tanda tanya ya ukhti ? ”
ujar zahra sembari menatap gadis yang tadi mencubitnya. “ ohya ukhti najwa
kapan datang ? “ lanjut gadis yang tengah kasmaran dengan senyum tipis di
bibirnya.
“
Dari tadi ukhti ... ah ukhti ini dipanggil tidak jawab-jawab. Ada apa sih ukhti
? “ tanya najwa menyelidiki.
“
hheem, tidak apa-apa ukhti ... tadi cuma lagi cari inspirasi aja “ seketika wajah gadis yang hatinya sedang berbunga-bunga itu memerah
dan mendadak menjadi salah tingkah. Hal itu ternyata membuat najwa semakin
penasaran dan terus menyelidikinya, akan tetapi zahra tetap tidak berterus
terang dan mengalihkan pembicaraan saat itu juga.
Melati
di depan rumah bermekaran menyajikan sejuta aroma yang begitu wangi bagi yang
menyukainya. Zahra hanya menikmati
rasa yang hadir, tapi tidak berharap banyak, hanya menunggu dan menanti apa
yang telah direncanakan oleh Allah SWT.
Tiada yang terjadi di dunia ini
tanpa sepengetahuan Allah aza wajalla, Dia tidak pernah tidur dan maha
mengetahui dari apa yang tidak kita ketahui. Tepat pada hari senin, ada motor
yang berhenti di depan rumah dan suara langkah kaki semakin terdengar jelas menghampiri
pintu bercat biru yang masih tertutup rapat. “ Assalamu’alaikum .. “ ucap
mereka dan wanita dengan gamis bermotif batik itu sembari mengetuk pintu. Zahra yang tengah sibuk menyelesaikan tulisan
cerita pendek di ruang tamu, terkejut melihat ilyas dan orangtuanya di balik
jendela biru itu. Ia tidak menyangka jika ilyas datang bersama orangtuanya.
Sungguh suatu kehormatan bagi gadis yang mendadak gugup itu kedatangan dua
insan yang disegani oleh banyak masyarakat, mereka adalah pemilik salah satu
pesantren di desanya. Zahra bergegas beranjak dari tempat duduknya dan bejalan
menuju pintu, perlahan ia pun membuka pintu yang bercat biru itu sambil menjawab
salam dan sedikit senyuman yang terlihat jelas lesung pipit di pipi kanannya.
“
nduk , abah dan umimu wonten ? “ ucap laki-laki tua berbaju kokoh warna merah.
“
wonten bah, mangga pinarak abah, umi lan mas ilyas “ ujar gadis yang terlihat kaku karena kedatangan orangtua pemuda
yang berpeci putih di depannya. Rupanya inilah jawaban dari perasaan yang
selama ini ia pendam. Matahari tampak bersinar cerah, secerah hati zahra saat
ini karena ia telah dipinang oleh sosok ikhwan yang luar biasa sekaligus
motivator hatinya. Sungguh semua itu terjadi atas kehendak Allah Subhana Wa Ta’alaa.
````
Selesai ````